BagusTech – Abadi Nan Jaya membawa banyak hal menarik ke genre zombie, terutama bagaimana film ini berhasil melokalkan konsep makhluk hidup kembali itu. Kimo Stamboel, sang sutradara nggak mau bikin zombie yang sama seperti film-film lain. Dalam film ini, zombie justru punya kelemahan yang jarang terpikirkan: air. Begitu hujan turun, mereka mendadak tenang. Ide ini bukan cuma unik, tapi juga memperlihatkan cara baru memadukan sains, budaya lokal, dan logika alam dalam satu cerita horor yang segar.
Ide di Balik Zombie yang Takut Air di Abadi nan Jaya
Buat Kimo, setiap zombie butuh titik lemah. “Setiap zombie pasti punya kryptonite-nya,” kata Kimo. “Karena ceritanya dari tanaman, logikanya ya dari alam. Kalau tanaman kena air, mereka tenang. Air yang kasih mereka kehidupan.” Dari situ muncul konsep kalau air hujan bisa menenangkan zombie—sesuatu yang belum pernah muncul di film zombie lain.

Alih-alih menampilkan kekerasan nonstop, Kimo ingin penonton punya jeda. Saat hujan turun, intensitas menurun, dan karakter manusia punya waktu buat berpikir dan bernafas. Elemen ini bukan cuma bikin ritme film lebih hidup, tapi juga memperkuat makna di balik cerita.

Filosofi dari Alam Tropis
Kimo dan tim penulis terinspirasi dari tumbuhan kantong semar, bahan jamu yang jadi sumber wabah dalam cerita. Logika alam tropis diterjemahkan jadi konsep sinematik: tanaman menyerap air untuk bertahan, sementara zombie bereaksi dengan cara yang sama. Hujan akhirnya jadi simbol keseimbangan—antara hidup, mati, dan tenangnya alam.
Dalam budaya tropis, hujan sering dianggap penanda pembersihan dan awal baru. Film ini memanfaatkan simbol itu untuk memberi kedalaman emosional di balik horor. Saat air jatuh, bukan cuma zombie yang berhenti bergerak—manusia di dalam cerita juga menemukan jeda untuk menghadapi rasa takutnya sendiri.
Kimo berhasil bikin Abadi Nan Jaya terasa segar tanpa kehilangan akar lokal. Ia menolak formula barat dan justru menanamkan logika alam Indonesia ke dalam mitologi zombie. Konsep hujan sebagai kryptonite memberi identitas baru bagi genre horor lokal, menunjukkan bahwa ketakutan paling menarik bisa lahir dari hal-hal yang akrab di sekitar kita: air, tanaman, dan alam.
Hasilnya, Abadi Nan Jaya bukan cuma film tentang makhluk haus darah, tapi refleksi tentang manusia dan keseimbangan hidup di tengah dunia yang terus berubah.

