BagusTech – Salah satu daya tarik terbesar Abadi Nan Jaya ada pada tampilan zombienya yang menyeramkan sekaligus nyata. Di balik semua itu, ada tangan dingin Astrid Sambudiono, seniman efek tata rias yang berhasil mengubah lebih dari 200 orang menjadi zombie dengan tampilan berbeda-beda. Karyanya menjadi bukti bahwa keahlian praktikal makeup masih punya tempat penting di era digital.
Tantangan di Balik Tata Rias 200 Zombie Abadi Nan Jaya
Astrid mengaku terkejut ketika pertama kali tahu jumlah zombie yang harus ia kerjakan. “Begitu dapat skrip dan tahu jumlahnya 200 lebih, otak langsung berpikir gimana cara produksi ini bisa jalan dengan lancar dan efisien,” ujarnya. Dari situ, ia mulai membuat sistem kelas untuk zombie agar pengerjaan tetap realistis dan terorganisir.

Zombie kelas A digunakan untuk adegan close-up, dengan detail riasan paling kompleks—terdiri dari silikon prostetik, luka terbuka, dan urat halus menyerupai kulit tanaman kantong semar. Zombie kelas B adalah figur yang masih terlihat jelas di frame tapi tidak sedetail kelas A, sementara zombie kelas C menjadi latar belakang dalam adegan massal. Strategi ini memungkinkan ratusan zombie tampil berbeda tanpa mengorbankan kualitas visual.
100% Praktikal, Tanpa Efek CGI
Kimo Stamboel menegaskan sejak awal bahwa ia ingin semua efek zombie dikerjakan secara praktikal. “Pak Kimo ingin semuanya semaksimal mungkin nyata,” kata Astrid. Itu berarti setiap hari ratusan pemain benar-benar menjalani proses makeup di lokasi syuting, di bawah panas terik siang hari.
Astrid menggunakan kombinasi bahan khusus—dari silikon, prostetik, hingga lem yang disesuaikan dengan iklim lembap Indonesia. “Aku harus gabung beberapa material agar riasannya bisa tahan di udara panas,” jelasnya. Ketika zombie berlari, berkeringat, atau terpapar matahari, makeup tetap menempel sempurna tanpa rusak.
Kolaborasi dan Ketelitian
Proses besar ini tidak mungkin berjalan tanpa koordinasi. Astrid bekerja sama dengan tim beranggotakan lebih dari 20 orang, memastikan setiap zombie tampil konsisten dengan gaya gerak dan luka yang sesuai arahan koreografer Bobi Ari Setiawan. “Kami bagi tim jadi beberapa kelompok, masing-masing fokus di detail berbeda,” katanya.
Hasilnya, 200 zombie di Abadi Nan Jaya terlihat hidup, brutal, dan penuh variasi. Tidak ada satu pun yang tampak sama. Dari tekstur kulit, warna darah, hingga arah luka, semuanya dikerjakan dengan presisi tinggi.
Karya Astrid Sambudiono mengukuhkan Abadi Nan Jaya sebagai tonggak baru film horor Indonesia dalam hal efek praktikal. Ia membuktikan bahwa teknologi bukan satu-satunya cara menciptakan realisme. Dengan riset, sistem kerja rapi, dan kreativitas tinggi, Astrid membawa standar baru dalam dunia makeup efek Indonesia—membuat zombie tak hanya menakutkan, tapi juga menakjubkan untuk dilihat di layar.

